Sabtu, 19 Maret 2011

Tu Manurung adalah Mitos pihak Ketiga

Subhan Makkuaseng, SH

Cerita ini ternyata paling menakjubkan kemunculanya tokoh Tu Manurung yang mewarisi raja-raja berikutnya bertepatan dengan konflik juru selamat memberi ketentraman kemakmuran kerajaan yang bertikai.

Tu Manurung adalah orang dipercayai turun dari langit, memberi solusi sebagai bentuk pengesahan dan legalitas kerajaan. Memang diakui konsep itu adalah legalitas kerajaan. Menurut Dosen Luar Biasa Ilmu Sejarah Unhas, Saharuddin kerajaan itu sudah sejak masa lampau eksis, dan mitos Tu Manurung adalah warisan raja-raja.

Sejak masa lampau dalam konflik kerajaan selalu melibatkan pihak ketiga yang disebut Tu Manurung. Dan menurut kisah kolektif masa lampau Tu Manurung ini terdapat hampir ada pada semua kerajaan di tanah Sul-sel seperti pada kerajaan, Gowa, Bone, Soppeng, Wajo, Tanete dan kerjaan lainya.

Kontelasi politik masyarakat Sul-sel ini, namun pada dasarnya Tu Manurung juga sebagai hamba. Seperti dikisahkan pada kerajaan Bone pada abad XII dan XIV. Dikisahkan tujuh unit kerajaan saling bertikai dan saling memberi pengaruh dan sulit menentukan siapa yang layak jadi raja. Unit-unit kerajaan itu disebut “ Kalula”.

Setelah perang terjadi terus menerus, tiba-tiba terjadi Guntur, kilat, angin kencang juga gempa bumi. Tu Manurung ditemukan ditengah tengah lapangan dengan pakaian putih dan tidak diketahui asal usulnya, dan para warga meminta kepada orang ini menjadikan dia sebagai pemimpin mereka untuk mendamaikanya. Namun Tu Manurung ini menanggapi kalau permintaan warga itu sangat mulia namun, ia mengatakan bahwa sebenarnya dirinyapun juga hamba sahaya. Dan jika rajaku yang kalian maksudkan maka aku akan mengantarmu kesana. Karena saya hanyalah hamba.

Saya sendiri tak bisa mengukur, moga-moga bukan dari jaman peodal. Selain klarifikasi, apakah To Manurung berkarakter politisi, akademisi, ataukah profesi. Karena semua ini potensial untuk selesaikan masalah.
Ternyata sosoknya tak diketahui, karena dia muncul tiba-tiba dilapangan berbaju putih, berarti dia orang lain. Untuk memperkenalkan To Manurung abad modern ini, dengan ketentuan bahwa To Manurung berintikan adalah mediator, yang tak punya sama sekali kepentingan kekuasaan. Sebab jika ia punya kepentingan kekuasaan, pasti dicurigai berpihak. Buktinya dia sendiri menyebut sendiri dirinya sebagai hamba. Sambil mengajak orang kesuatu tempat dimana tuannya berada.
Sisi lain untuk sementara kehadiran To Manurung bisa jadi masih membingungkan, apalagi ia sendiri pribadi nampak bingung, ketika dimintai sebagai juru damai. Secara simbolik, kebetulan bahwa dia memiliki kekuatan terang, mungkin baju putih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar