Sabtu, 26 Maret 2011

Tradisi Korupsi Atau Budaya Korup



Kabar Senin (14/2) itu,  seorang teman  berinisial (SX) datang ia menyatakan telah lolos sebagai pegawai negri sipil (PNS) di daerahnya dia menempati posisi bagian bendahara keuangan bagian kantor Dinas Kebersihan. Ia mengaku sangat grogi menempati posisi itu dengan segala tetek bengek keuangan. Karena tanggung jawabnya cukup beresiko, termasuk jika pemeriksaan pertanggung jawaban laporan pengeluaran keuangan daerah diminta.
Seperti SX membeberkan ada banyak pengajuan dana proposal bagi dia kadang menurutnya sangat tak masuk diakal peruntukannya. Ia mengambil satu contoh seperti pengadaan mobil  kebersihan, atau penggantian alat-alatnya.
“ Seperti proposal dana penggantian alat semacam kanpas kendaraan mobil kebersihan, namun kadang berulang sampai dua kali dan tiga kali dengan jarak waktu pengadaan tak masuk di akal , “ ujarnya kepada saya hari itu.
Itu baru satu kasus, belum lagi yang lainnya. Hal seperti ini biasa saja bukan rahasia umum pada dunia gosip instansi pemerintahan. Untuk saling menjaga LPJ nanti agar aman, saya yakin instansi itu punya cara sendiri dengan menggunakan pelampung penyelamatan agar pertanggung jawabanya sah dan “ sehat” ke depan, mereka saling jaga. Saya cuma mengatakan kepada teman saya ini moga-moga bisa beradapatasi dengan hal-hal seperti walaupun sangat miris kedengarannya.

“Ce, cieh..luar biasa. Kronis,” renungku dalam hati. Kemudian aku manggu-manggut seandainya saya yang ada disitu mau tak mau, pasti terpaksa juga harus selaraskan kejadian seperti itu. Saya pasrah saja namanya saja PNS baru, harus beradaptasi dong…
Itulah pengantar awal bagi para PNS dan pejabat baru memasuki pintu birokrasi pemerintahan termasuk teman saya ini, pastinya terasa ganjil soal seperti itu. Dan mau tak mau terpaksa harus beradapatasi dengan ke biasaan-kebiasaan itu kelak. Mesin itu lambat laun berjalan dengan sendirinya lajunya. Saya tak menyalahkan teman saya ini, karena apapun juga ini adalah sistem jaringan korupsi komplex. Dan apalah artinya teman saya ini sebagai bawahan yang baru masuk bekerja sebagai aparatur pemerintah.
Kata Sajipto Rahardjo dalam bukunya Hukum Progresif yang diterbitkan Kompas press, perilaku korupsi yang mengakar bak benalu ini mengarahkan Negara menuju prosesi bunuh diri, kelak negara mati dan kemudian Koruptor ikut mati didalamnya ketika suatu saat tak ada lagi uang kas Negara yang bisa di korupsi.

Makassar, 17 Pebruari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar