Dihari yang sama
minggu pagi, tanggal 31 Maret 2013 kami berangkat subuh sebelum matahari pagi
terbit. Lampu jalan otomatik belum padam. Kini Anjungan pantai losari sudah
mulai dipadati pedagang berkaki lima.
Para penjaja makanan
dan minuman, hingga aksi para penjual obat siap menunggu pengunjung pantai
losari pagi itu. Produk berkelas market produk teknologi dengan tenda kerucut
dengan siap sebar brosur.
Beberapa jam kemudian
matahari mulai merangkak dari ujung langit timur, lampu jalanpun mulai meredup.
Hiruk pikuk tepian kota pagi ini mulai terasa seperti pasar, rekreasi, olah
raga, dan jajanan. Para penjual rutin disana bakal saling mengenal satu sama
lainya. Akan tetapi tetap berprinsip siapa duluan dapat lokasi dialah beruntung
tempati lokasi strategis untuk jualan.
Anjungan Pantai Losari Makassar sedikit terasa ruang public, namun juga terasa persaingan ketat seketat perusahaan besar akan saling sikut si penjual dadakan.
Suara penjual obat
dengan kelincahan lidah mulai menarik pengunjung untuk mendekat. Ia
menawarkan obat gatal-gatal hingga pencabut bulu ketiak. Orang-orang antusias
menyaksikanya, dan berharap juga ada permainan sulap-keajaiban dimiliki oleh
sipenjual obat.
Khusus untuk buat olah
raga pagi orang-orang dipandu khusus oleh para pelatih senam. Mereka berdiri
diatas ketinggian sekitar tiga meter. Lalu dengan iringan musik berdendang.
Orang-orang lalu berbaris dengan teratur mengikuti gerak pemandu senam saat
itu.
Satu…dua…tiga…empat.
Kekiri…kekanan dan seterusnya..
Ditempat lain juga
sekelompok anak muda beraksi sendiri ala break dance memperlihatkan bakat
hip-hopnya di jalanan. Lalu juga tiba-tiba
sekelompok komunitas sepeda tua ontel mirip-mirip orang Jogyakarta atau
berkostum Jendral Sudirman.
Saya juga melihat penghibur
aksi topeng monyet hampir kurang lebih empatkali pindah lokasi demi
mengumpulkan uang ribuan berkali-kali. Antraksi apapun jenisnya secepat itupula
menarik perhatian orang-orang mengelilinginya.
Soal kebersihan lokasi
ini akan ditangani oleh petugas kebersihan. Kalau upaya kesadaran sendiri untuk
bersih-bersih belum sepenuhnya terasa. Puntung rokok masih terlihat bertebaran
dimana-mana, begitupun bungkusan plastic makanan ringan masih dibuang
seenakanya semau kita. Sebab tong sampah juga belum memancing orang-orang untuk
mengisinya.
Pamplet kampanye
kebersihan masih seperti hiasan semata.
Disana ada tempat
ibadah masjid mungil berasitektur mungil seperti pelengkap bangunan. Namun
karena gara-gara kebutuhan paling mendesak adalah WC umum kurang memadai. Maka
sasaran paling empuk buat buang air kecil adalah toilet mesjid.
Tapi ada juga orang
sungkam untuk ke wc mesjid, sebab dindingya tembus pandang. Sebab rancangan
bangunan mesjid ini memang sebatas untuk keelokan bentuk fisik bangunanya saja.