Angin dan ombak seperti kitab
petunjuk untuk menjalankan pekerjaannya sebagai pekerja jasa transportasi laut dari pulau kepulau. Keputusan hari itu ialah berangkat segera dan tiba esok hari dengan
selamat dipulau yang dituju.
Pada Bulan 7-9 2011 perairan Selayar,
ombak bisa menggulung perahu dan menenggelamkanya. Itulah kepercayaan
orang-orang laut diperairan Selayar. Musim ini ada musim ombak meninggi.
Artinya ombak selalu tinggi saat ini. Bahkan keterangan warga, biasanya ombak
mencapai 10-15 meter dan mampu mencengkram badan perahu.
Laki-laki usia 40 tahun itu
bernama Hasan, ombak setinggi itu katanya sangat begitu lumrah. Hasan tak
gentar, karena ia sudah mengandalkan
pengalaman selama puluhan
tahun sebagai pelaut. Perjalanan rute laut utamanya, Bonerate dan
Kalotoa, pulau yang dikenal terluar dari kepulauan Sulawesi bagian selatan. Jika
cuaca buruk, jarak tempuh kurang lebih satu hari satu malam dari Kabuapaten
Selayar, Jika cuaca normal bisa sampai 13 jam dari dermaga Benteng, kota
Selayar.
Hasan berpengalaman menahkodai
kapal transportasi manusia dan barang antar pulau-pulau sekeliling Selayar
kurang lebih puluhan tahun. Berbekal pengetahuan arah mata angin, ia bisa
menguasai keadaan, dan tahu arah gerakan gelombang. Atau bahkan mereka berlayar
hanya melihat bintang malam hari. Kadang
tak membawa kompas. Mereka hanya melihat jenis-jenis pulau yang pada umumnya
mereka sudah kenal, kata Ihsan. Warga Bonerate.
Hasan dikenal pengemudi perahu
angkut penumpang dan barang paling berani dipulau ini. Dia menahkodai perahu
kayu ukuran panjang kira-kira lebar 7
meter dan panjang 20 meter. Dengan empat kekuatan mesin.
Saat itu Hasan berangkat pukul
09.00 pagi, padahal satu hari sebelumnya dilarang berangkat oleh petugas
perairan laut, gara-gara kelebihan muatan penumpang.
Pukul 16.00 sore hari, kami
berhenti. Dan anak buah kapal
menjatuhkan jangkar kelaut dekat pulau Appatana ujung Selayar. Pulau ini memang
selalu ditempati pemilik perahu istirahat, jika malam hari. Karena dari pulau ini ia akan melintas
perairan yang dilalui arus, sekaligus menghindari ombak laut tengah. Lampu dari
mesin generatorpun dinyalakan. Kami beserta penumpang bermalam dekat pulau ini.
Selain perahu milik Hasan, terlihat
dua kapal kayu terparkir sementara dekat pulau ini. Sepertinya mereka juga
istirahat. Alasan tak melanjutkan perjalan, karena khawatir, jika benar-benar
ombak meninggi. Dan apalagi perjalanan malam hari, tak terlihat jelas
tanda-tanda keadaan. Termasuk, adanya kayu besar yang hanyut. Saya ikut ngobrol bersama penumpang.
Mereka menceritakan banyak hal tentang
pulau terluar kota Selayar ini.
Besok pagi kapal kembali
melanjutkan perjalanan. Memotong jalur diatara dua pulau lainnya melewati arus
air yang berbahaya.