(Kamis 2 Mei 2013), Tiba di Polewali pada malam hari, lalu mencari
penginapan dekat pasar Pekkabata. Perjalanan ini cukup melelahkan. Kami masih
sempat menikmati pemandangan hiruk pikuk roda perekonomian pasar Pekkabata
Polewali sampai pukul 22.00 wita malam. Sambil menikmati secangkir kopi hangat
dikedai pinggir jalan poros trans Sulawesi, hingga malam makin larut. Saya bersama teman segera
istirahat. Sebab esok
pagi kami harus melanjutkan
perjalanan menuju Mamasa.
Esok hari melanjutkan perjalanan. Jarak tempuh dari Polewali
ke Mamasa menggunakan waktu kurang lebih lima jam dengan jarak 60 kilometer,
kata warga setempat. Setelah melalui
jalan aspal kira-kira kurang lebih 16 kilometer dari kota Polewali, lanjut
keseluruhan sisa jalanan tergolong rusak parah kira-kira sepanjang kurang lebih
40 kilometer. Sebelum masuk kota kabupaten Mamasa, 4 kilometer jalanan kembali normal
mulus berbeton. Kalau orang-orang pemerintahan serius untuk membenahi kampung
mereka barangkali beberapa tahun kedepan jalanan akan menjadi mulus tanpa
lubang-lubang sana sini.
Tepat bulatan matahari
diatas kepala, kami baru tiba di pusat kota. Saya melanjutkan perjalanan menuju lokasi yang
aku tuju. Malam hari kembali menuju dalam kota Mamasa
cari penginapan buat istirahat. Survey Evaluasi Demokrasi dan Kebijakan Publik sangat
melelahkan. Saya bersama rekan-rekan (field) hampir kurang lebih 40
orang turun secara terpisah lebih duluan di Kabupaten Mamasa ini.
Dusun 25
Kilometer dari Pusat Desa
Saya menuju kecamatan Tawalian, dan kelurahan Tawalian kurang
lebih 4 kilometer dari kota kabupaten selama dua hari menemui orang secara acak.
Lalu menuju pedesaan Tawalian Timur selebihnya 2 kilomter selama dua hari pula.
Di Tawalian Timur ada beberapa dusun
yang sulit dijangkau. Menurut Pak Zeptnat kepala desa mereka salah satu dusun
tersebut yaitu Salurea, Salukaiya, Salutondok dari tiga dusun lainya. Jarak
tempuh diperkirakan sehari perjalanan
kaki. Jaraknya kurang lebih 25 kilometer dari ibu kota desa.
Saya tak pernah membayangkan ada desa yang memiliki dusun
yang begitu jauh dari pusat ibukota desa. Bukan soal jauh saja, namun ternyata medan
yang cukup sulit untuk ditempuh. Jika dilakukan dengan berkendaraan roda dua
harus dengan jenis motor trail (motor gunung).
Makanya jalur tersebut
membutuhkan kendaraan khusus, atau dengan cara jalan kaki atau naik tranportasi seekor kuda selama satu
hari perjalanan penuh. Saya selalu berpikir nyatanya memang Indonesia ini tak
sekecil dalam laporan berita-berita
dalam siaran televisi. Makanya saya juga berkesimpulan Indonesia tak hanya kita
bisa baca satu kali tarikan nafas. Terasa omong kosong kalau Indonesia hanya
mau dibahasakan jejeran pulau-pulau yang indah itu. Akan tetapi hanya dalam
lensa cekung bisa menangkap hal-hal mikro lebih detil lagi bisa terasa.
Konon kawasan tersebut adalah kawasan hutan lindung yang
ditetapkan Pemerintah Daerah atas nama Dinas Kehutanan Daerah Mamasa beberapa
tahun lalu. Namun yang pasti sebelumnya
memang telah dihuni oleh nenek moyang warga Tawalian Timur sejak lama.
Maka dengan perkebunan liar, kopi dan
kakao dan hasil hutan lainya adalah penghidupan warga setempat cukup khas. Tercatat jumlah kurang lebih seribu jumlah kepala
keluarga ketiga dusun tersebut. Ketiga dusun ini baru akan direncanakan aliran
litrik jasa local dengan jenis turbin
air.
Saya menikmati kembali kopi khas Mamasa, enak sekali diteras
rumah kepala desa sekaligus tempat menerima tamu. Sambil mendengarkan cerita
kepala desa yang sudah terpilih selama
dua periode ini. Perjalanan sangat indah namun membawa haru dan jejak bisu
kedaulatan negri ini.
Mayoritas masyarakat sana beretnis Toraja Mamasa dan beragama
Kristen protestan, juga aliran kepercayaan Allu Todolo yang katanya dulu sempat
jadi pembicaraan ketika orang-orang sibuk membicarakan soal aliran kepercayaan
selain daripada agama selama ini dikatakan resmi oleh negara.
Prioritaskan Perbaikan Fisik Jalan Menuju Kampung
Hampir rata-rata ketidakmaksimalalan pemerintah untamanya
dalam masalah sarana perbaikan jalanan rusak. Meskipun sebelumnya dari beberapa jalur lainya cukup memuaskan
dengan bangunan fisik lain seperti sarana pelayanan publik, sekolah, kantor
desa. Pendapat popular paling mendesak adalah sarana jalan perlu prioritas utama.
Dan yang kedua adalah kebutuhan bahan-bahan pokok makin meninggi. Soal rumah
hunian bedah hasil separuhnya memuaskan.
Akan tetapi untuk membandingkan dengan sejumlah daerah lainya
masih tergolong jauh kebelakang. Seperti ketersediaan pelayanan air bersih
masih sangat sulit bagi kawasan terpencil bermedan dataran tinggi. Selain medan
dan lokasi sangat sulit. Sehingga untuk
aliran listrik, mereka solusi awal menggunakan sarana turbin tenaga air jasa lokal
belum dari listrik negara (PLN). PMPM menjangkau hanya jalan setapak, dan
program bantuan lain termasuk sarana irigasi sawah. Sehingga produksi padi bisa
dua kali. Dengan bangga kepala dusun mengakui keberhasilan itu. Akan tetapi
kalau kita mau bercermin kedaerah lain masih jauh dari kesama rataan pembangunan
yang kita idamkan selama ini.
Membagi Pigur dengan Alasan Perbedaan Agama
Tiga sosok tokoh politik yang bakal menjadi pilihan warga,
dua
diataranya orang lama, Incumben Ramlan Badawi, Obednego Depparinding,
Mario Said Saggaf, Victor Paotonan. Ini
seperti buah perjanjian antara mereka, bahwa salah satu calon harus berbeda
agama melalui pasangan calon-calon. Entah kosong satu harus beragama Kristen,
atau kosong dua harus beragama Islam ataupun sebaliknya.
Pendatang baru yaitu Rudyanto, konon Rudyanto adalah tokoh masyarakat yang besar
di Jakarta. Mereka banyak dikenal oleh kelas menengah. Sementara pigur lainya
memang sudah dikenal sajak dulu termasuk sanak keluarganya.
Beberapa bulan kedepan masyarakat Mamasa bakal memilih
pigur-pigur tersebut untuk periode 2013-2018. Masing-masing perkampungan yang kita lalui pigur-pigur prmimpin ini punya
basis. Hal itu ditandai dengan keramaian posko-posko pemenangan mereka pinggir
jalan.
Sejujurnya, Kebebasan
Memilih Tanpa Tendensi
Kelurahan Tawalian saya bertemu Pak Genggong. Menurut
Genggong tak ada soal pilihan-pilihan beda dari warga mereka. Asalkan mereka
jujur saja dalam memilih, dan menyatakan sebenar-benarnya pilihan mereka tanpa beban dan interpensi, ataupun
juga merahasiakan pilihanya, adalah hak
mereka. Kepala dusun Tawalian ini banyak berkisah soal lain. Terutama tentang kampung halaman mereka. Ia senang
bercerita sebab Ia sekaligus tokoh masyarakat dan pemimpin ummat kristiani
protestan dilingkungan ia tinggal.
Sebagai orang taat beribadah, sebagai kepala kampung ia
berkisah tentang pengalaman mereka bertemu dengan orang yang seperti saya,
menurutnya berbeda dengan keyakinan agama mereka. Ia menghawatirkan saya bakal
canggung dan was-was terutama soal makanan. Namun menurut saya ia sudah berlebihan berusaha memperlakukan
saya seperti orang islam yang ia ketahui.
Seperti halnya secara khusus soal makanan, sebab orang Islam
mengharamkan makanan tertentu. Namun paling penting bagi Genggong soal
keyakinan adalah soal pelaksanaan nilai-nilai keagamaan masing-masing dan
perbuatan baik sesama manusia tanpa pandang bulu. Sebab baginya semua keyakinan
hampir sama. Harus mendahulukan akhlak dibandingkan lainya. Ia selalu menyebut
sang khalik adalah penilai segala kebaikan manusia.