Sabtu, 26 Maret 2011

Perang Dunia Maya Media Suplement


Dari awal membuatku “ Seakan” harus percaya. Kaki kanan sudah melangkah 60-70 persen depan computer. Saya makin berjarak dengan dunia sesungguhnya. Apa boleh buat itulah teknologi, sebagai media yang membuat kita harus bertemu seperti jendela “Lazuardi” yang terbuka.
Indonesia masih sibuk membicarakan dampak negatif positif internet, termasuk terhadap hubungannya dengan pendidikan anak, kesehatan. Karena benda ini boomingnya luar biasa. Soal isu politik saja tak bisa disangkal lebih merayap dibandingkan gerakan demostrasi mahasiswa selalu turun ke jalan. Buktinya presiden Mesir Husni Mubarak memutus akses situs jaringan sosial dinegaranya untuk membendung gerakan bawa tanah unjuk rasa yang akan menggulingkan dirinya. Mirip seperti seorang teman memutuskan pertemanan di situs sosial itu dengan mantan pacarnya. Agar dirinya tak ada lagi akses membicarakan kisah cinta dimasa lalunya, namun.

Pada kasus hukum pertama yang aku ingat, gara-gara alat canggih ini terjadilah atas Prita, ia “membobroki” pelayanan rumah sakit Internasional OMNI, mengakibatkan dia harus berhadapan dengan hukum pencemaran nama baik rumah sakit yang harus menjaga martabatnya. Ternyata persoalan –persoalan subtansial Prita terungkap masuk lewat dunia maya ini menjadi petunjuk tuk mengungkap kasusnya yang nyata bisa di meja hijaukan.

Di negara maju sistem online dipercaya lebih agresif dan praktis, termasuk belanja, mengirim kado ulang tahun kepada kekasih dan sahabat sangat efektif. Juga menggantikan surat menyurat saat jadi pelajar dulu. Tak perlu lagi membeli kertas warna warni lembut yang bergambar kembang dan mengirimnya lewat kartu pos. Juga tak ditemukan lagi ilustrasi cerpen majalah-majalah remaja bergambar surat-suratan. Kita jadi tergantung dengan alat buatan manusia ini.

Soal informasi terbaru baru aku tahu kalau ada kabar anggota DPR plus MPR, gara-gara media online seperti ini. Karena beberapa hari ini aku malas nonton siaran TV dan baca koran pagi. Anggota legislatif kita ingin menyaksikan langsung yang “nyata”, mengunjungi negara lain dalam rangka studi banding. Pengguna Internet terlibat bereaksi, dan meminta legislatif itu menggunakan saja pasilitas layanan internet untuk studi banding. Internet mengajarkan orang berperan sempit tapi kerja praktis. Termasuk menpelajari etika (Ilmu kurang lebih yang aku tahu: bagaimana seharusnya berbuat) pada sistem demokrasi negara moderen katanya dari Yunani kota berperdaban tua itu. Padahal seharusnya agenda serius studi banding,ss bisa mengurangi beban termasuk jika biaya keluar negri harus dilakukan anggota legislatif mengatasi konflik-konflik dan masalahnya. Dibanding mengakses internet dan membanding-bandingkan etika Yunani dalam kantor dan dalam rumah saja.

Mereka boleh memilih, tapi jangan salahkan masyarakat mengkritisi dimasa-masa teknologi canggih ini apalagi studi bandingnya, hanya menguras uang Negara. Bukan malah serius mewakili rakyat, justru melakukan piknik untuk rumah tangga pribadi. D

Padahal Negara maju belanja, bergaul, dan belajar lewat online, itu sehari-hari sudah dilakukan. Barangkali tersisa, umrah ketanah suci online berlaku berlaku. Sebab, jangan sampai kita bisa dimarahi orang-orang Islam sedunia gara-gara dikira bikin aliran baru. Apalgi ziarah spiritual seperti haji, kecuali konsep cara bertuhan para sufi yang hampir mirip dunia maya.

Para anggota dewan kita akhirnya dikritik secara online, facebook dan twetter mencela. Karena persoalan dalam negri juga cukup serius harus diurus. Satu sisi studi banding, buang-buang anggaran negara, padahal bisa biayai yang lain. Namun kabar terus berkembang apa mau dikata ternyata soal studi banding sudah terlanjur dianggarkan.

Akhirnya“ Wakil rakyat kita bodoh, kenapa harus belajar etika dinegri orang, apakah selama ini kita tak punya etika dalam negri sendiri,” Kata Pak Natsir yang ngotot celoteh tak mau tahu sama sekali ilmu etika tergolong canggih sekelas barat. Celoteh itu saya dengar dari pos ronda samping kost saya.

Kesibukan kerja moderen orang-orang mengharuskan mengakses banyak informasi tambahan lewat internet. Bukan dunia nyata saja, karena dunia nyata berubah menjadi dunia maya dan digantikan oleh laporan dan perangkat internet menjadi dunia yang sungguh-sungguh ada menemani hari-hari kita. Anda dan saya pastinya harus terlibat biar tak tertinggal jauh biar tak gaptek.

Hanya saja yang berbeda didunia nyata, kita bisa melakukan gerakan pisik membuat separuh badan kita bisa berolah raga. Dan sekaligus sedikit meminimalisir radiasi teknologi jika terus terusan akses internet. Pisik kadang membutuhkan gerak otot-otot tak cuma ditempat duduk melulu namun bersososialisasi dengan tetangga, juga saudara se-adam dan se-hawa pasti kita bisa menikmati dunia natural ciptaan tuhan ini indah.

Kebebasan berpendapat saja memilih sebuah jalur khusus yaitu dunia maya. Minimal mengurangi rasa pesimisme dan kekecewaan yang menumpuk dan membebalkan otak.
Tapi, betulkah? dunia maya seperti ini mengikis rasa empati kita didunia nyata. Allahu Wa,lam tuhan luar biasa menciptakan otak kepada kita semua. Namun menurut rekan saya kita akan kembali, tergantung kebutuhan dan latahnya tubuh kita. Karena manusia selalu ingin bervariasi dalam hidup ini. Dan kelak kita ingin merasakan langsung tubuh yang lainya didunia yang sesungguhnya. Ramalan tentang teori ini terdapat dalam film yang pernah kutonton diperankan Will Smite. Ketika robot-robot menguasai bumi, dan keputusanya robot ini mampu menciptakan keteraturan menjaga kedamaian dibandingkan manusia. Dan saat krisis, robot ini melanggar karena ingin bercinta. Ini mitos pencitraan yang coba dibangun manusia teknologi zaman ini. Dan ternyata ia ingin merasakan cinta seperti apa yang dilakukan manusia pada umumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar