Seorang filsuf menaiki sebuah kapal. Ia hendak
berlayar. Sesekali ia mondar mandir
dalam kapal beserta bukunya sambil menyapa para pelayan kapal. Kemudian kembali
lagi masuk dalam bilik kamar.
Suatu waktu dia memanggil pelayan. Dan pelayan
kapalpun datang.
“ Ada yang bisa saya bantu tuan?”, tanya
pelayan dengan sopan.
“O, tidak! Saya cuma mau bertanya. Apakah kamu
pernah belajar tentang psykologi?”
Sang pelayan menjawab campur bingung.
“Tak
pernah pak!”.
Wah.. sayang sekali anda menghabiskan waktu
anda, dan tak meluangkan waktu tuk mempelajari ilmu tersebut. Padahal dengan
ilmu psykologi, kamu bisa mengetahui banyak hal termasuk bagaimana caranya kamu
bisa mengetahui keinginan semua penumpang yang ada di kapal ini.
“Cobalah belajar”, ajar filsuf.
Dan pelayan jadi bingung, lalu pergi.
Filsuf kemudian naik diatas gladak kapal, dan
ia melihat dari jauh seorang tukang sapu kapal sibuk dengan pekerjaanya.
Sang Filsuf bertanya lagi kepada tukang sapu
dengan berteriak.
Hei, apakah kamu pernah belajar Antropologi?.
Tukang sapu diam dan balik menjawab,
“Hoho, tidak pernah tuan, saya hanya tukan
sapu kapal ini”.
Oh, kalau begitu sayang sekali. Dan kamu menghabiskan waktumu hanya dengan
menyapu dalam kapal. Padahal dengan mempelajari antropolgi kamu bisa banyak
tahu dan bisa mengetahui semua bangsa-bangsa yang ada didunia ini. Artinya
dimana saja kapal ini singgah, kamu bisa bergaul dengan penduduknya dengan
mudah.
Tukang sapu kapal hanya menggaruk kepalanya.
Berikutnya sang filsuf bertemu lagi salah satu
anak buah kapal lagi dan iapun bertanya.
“ Apakah anda pernah mendalami matematika dan
astronomi?”
Sang anak buah kapal hanya menggeleng.
“Seharusnya kau pelajari itu, biar kamu tak
tersesat. Dan dengan ilmu itu apa yang kamu lakukan dalam dunia ini selalu
tepat dan akurat,” kata sang Filsuf.
Sang
filsuf pun kembali kekamarnya. Ia kemudian kembali menikmati bacaanya.
Namun tiba-tiba dari luar kamar penumpang
terdengar sirene kapal berbunyi dan kapal tiba-tiba bergetar. Dan ternyata kapal
mengalami masalah, dan menabrak karang. Semua penumpang jadi panik. Dan
terdengar suara peringatan agar masing-masing penumpang memasang pelampung
mereka tuk selamatkan diri.
Tak terkecuali sang filsuf juga dengan sigap
memasang pelampung mereka, dan bergegas menuju tepi kapal dan menunggu perahu
darurat diturunkan satu persatu. Sang filsuf menunggu giliran.
Tiba-tiba dari jauh, seorang anak buah kapal
berteriak kepala filsuf .
“Tuan..., apakah tuan tahu berenang?”
Dan tiba-tiba sang filsuf menjawab dengan
cepat.
“ Saya tidak tahu berenang” jelas filsuf.
Sang anak buah kapal menjawab.
“ wah. Sayang sekali tuan tak pernah
meluangkan waktu untuk belajar berenang”.
Kami harus menolong satu persatu penumpang
tuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar