Ishaq Ngeljaratan : Mengenal Cita Rasa Perbedaan
In
Memoriam Gusdur di Makassar.
Subhan Makkuaseng, SH
Menyandingkan
enam keyakinan agama dalam satu panggung sambil berdoa atas peringatan wafatnya
guru pluraliseme Indonesia , Gusdur menggugah rasa keberagaman keyakinan beragama di Indonesia
termasuk di Makassar. Di kota angin mamiri
ini masing-masing perwakilan tokoh agama
seperti dari Kristen, Islam, Katolik,
Hindu dan Budha dan juga ternyata Kong Hucu juga hadir, berdoa atas meninggalnya Almarhum
Gusdur (KH Abdurrahman Wahid) tahun ini diselenggarakan Lembaga Bantuan Hukum
Pemberdayaan Perempuan Indonesia (LBHP2i)
Makassar, Sabtu (8/1) 2011 Gedung
RRI Makassar. Acara ini dihadiri sejumlah pelajar, mahasiswa, tokoh masyarakat dan budayawan kota ini.
Pukul 19.00 Wita malam hari, setelah lagu-lagu shalawat
nabi dan kilasan sejarah mendiang Gusdur sebagai bapak bangsa terlihat para
tokoh agama yang diundang ini berjejer dipanggung dan masing-masing berdoa bergantian
untuk mendiang Gusdur sebagai
bapak pejuang pluralisme Indonesia.
Menurut
budayawan Sulsel, Ishaq Ngejlaratan dalam orasi pluralismenya menyatakan Gusdur mengambil perbedaan keyakinan
agama untuk sebagai pondasi membangun bangsa. Dan banyak orang mencederai agama
dengan alasan perbedaan. Padahal Gusdur adalah termasuk pahlawan kemajemukan menghargai perbedaan sebagai
kekuatan bangsa.
Secara
filosofi, kata Ishaq, mulanya tuhan maha sendiri sepi dengan
kesendiriannya. Maka menciptakan sesuatu hal yang baru. Dan keunikanya
ciptaannya ini adalah khas, maka tak
bisa dihindari secara anatomi dari beragamnya manusia itu saling ber fungsi dan
bergantung dengan khasanah keunikan masing-masing. Agar tuhan tak kesepian
dengan keunikan itu.
“ Perbedaan
itu seperti sari rasa buah-buahan yang
masing masing berbeda rasanya. Dan tiap rasa menimbulkan rasa haru dan indah, “
kata Ishaq.
Di
Sul-sel seperti di Tana Toraja orang Allu nenek moyang Toraja mengenal yang
namanya Pasopateno. Artinya tuhan
menciptakan bumi dan langit berbeda tapi
saling membutuhkan. Sifat ini lahir pada manusia Toraja, memelihara dan
menjagannya adalah salah satu kodrat. Kalau istilah suku Mandar salah satu suku yang dulunya juga
kawasan Sulawesi Selatan mengenal istilah
kelahiran “Malabi”, kemudian kembali ke “Malabi” dari yang terpisah
kembali bersatu.
Selain
itu paling inti juga dari acara mengenang Gusdur ini adalah merajut benang
merah dengan doa, kepelbagaian serta
demokrasi.
Tampilan
berikutnya dalam gedung terdengar lagu
paduan suara yang digabung dari beberapa pelajar dan perguruan tinggi seperti dari Universitas
Muhammadiah Makassar, Komunitas Kanal Barat Universitas Katolik Atmajaya. STMIK
Dipanegara, Sekolah Menengah Kejuruan Katolik Cendrawasih, Sekolah Tinggi Theologi
Indoensia Timur. Lagu-lagu yang dikumandangkan diantaranya judul Cinta rasul, Rembulan
menangis, harapan gemilang ilahi (1973), Yesus of superstar dan cinta Magdalena. Selain
itu dua orang dari mahasiswa Universitas
Muslim Indonesia Makassar membacakan karya puisi murid terdekat Gusdur, Adji Massardi
dengan judul,
Tafakkur Buat Gusdur dan selanjutnya puisi ananda putri Inayah anak almarhum KH Abdurrahman Wahid
berjudul “Pak Tolong Ajari Aku”.
Akhirnya acara peringatan In memorian
Gusdur ini seperti akrab dalam satu pertunjukan yang utuh.
( Makassar,
Sabtu (8/1) 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar