Selasa, 30 Oktober 2012

Hasan : Pulau-kepulau kapal kayu.


Angin dan ombak seperti kitab petunjuk untuk menjalankan pekerjaannya sebagai pekerja jasa transportasi laut dari pulau kepulau. Keputusan hari itu ialah  berangkat segera dan tiba esok hari dengan selamat dipulau yang dituju.

Pada Bulan 7-9 2011 perairan Selayar, ombak bisa menggulung perahu dan menenggelamkanya. Itulah kepercayaan orang-orang laut diperairan Selayar. Musim ini ada musim ombak meninggi. Artinya ombak selalu tinggi saat ini. Bahkan keterangan warga, biasanya ombak mencapai 10-15 meter dan mampu mencengkram badan perahu.

Laki-laki usia 40 tahun itu bernama Hasan, ombak setinggi itu katanya sangat begitu lumrah. Hasan tak gentar, karena ia sudah mengandalkan pengalaman selama puluhan tahun sebagai pelaut. Perjalanan rute laut utamanya, Bonerate dan Kalotoa, pulau yang dikenal terluar dari kepulauan Sulawesi bagian selatan. Jika cuaca buruk, jarak tempuh kurang lebih satu hari satu malam dari Kabuapaten Selayar, Jika cuaca normal bisa sampai 13 jam dari dermaga Benteng, kota Selayar.

Hasan berpengalaman menahkodai kapal transportasi manusia dan barang antar pulau-pulau sekeliling Selayar kurang lebih puluhan tahun. Berbekal pengetahuan arah mata angin, ia bisa menguasai keadaan, dan tahu arah gerakan gelombang. Atau bahkan mereka berlayar hanya melihat bintang malam hari.  Kadang tak membawa kompas. Mereka hanya melihat jenis-jenis pulau yang pada umumnya mereka sudah kenal, kata Ihsan. Warga Bonerate.

Hasan dikenal pengemudi perahu angkut penumpang dan barang paling berani dipulau ini. Dia menahkodai perahu kayu ukuran panjang kira-kira  lebar 7 meter dan panjang 20 meter. Dengan empat kekuatan mesin.
Saat itu Hasan berangkat pukul 09.00 pagi, padahal satu hari sebelumnya dilarang berangkat oleh petugas perairan laut, gara-gara kelebihan muatan penumpang.

Pukul 16.00 sore hari, kami berhenti.  Dan anak buah kapal menjatuhkan jangkar kelaut dekat pulau Appatana ujung Selayar. Pulau ini memang selalu ditempati pemilik perahu istirahat, jika malam hari.  Karena dari pulau ini ia akan melintas perairan yang dilalui arus, sekaligus menghindari ombak laut tengah. Lampu dari mesin generatorpun dinyalakan. Kami beserta penumpang bermalam dekat pulau ini.
Selain perahu milik Hasan, terlihat dua kapal kayu terparkir sementara dekat pulau ini. Sepertinya mereka juga istirahat. Alasan tak melanjutkan perjalan, karena khawatir, jika benar-benar ombak meninggi. Dan apalagi perjalanan malam hari, tak terlihat jelas tanda-tanda keadaan. Termasuk, adanya kayu besar yang hanyut.  Saya ikut ngobrol bersama penumpang. Mereka  menceritakan banyak hal tentang pulau terluar kota Selayar ini.

Besok pagi kapal kembali melanjutkan perjalanan. Memotong jalur diatara dua pulau lainnya melewati arus air yang berbahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar