Rupa-rupanya Rupa- UKM seni UMI
"Mereka adalah sekumpulan anak muda belia mencoba menggaris lekak lekuk kehidupan. Juga mengiris bagian-bagian yang tercerai berai dari bagian-bagian potensi dasar bagi sekian banyak orang. Ia ingin menyebut dirinya seni rupa juga menyebut kelompoknya Galaksi Rupa. Adalah seni berkarya dengan gaya visual."
(dok. Foto dari kumpulan foto pertunjukan HalamanRumah UPKSBS-UMI)
Tak ada perbincangan cukup lama.
Baik apakah ia punya konsep yang baku sebelum ditampilkan. Akan tetapi jelasnya dari, A-Z adalah proses seperti sejalan dengan
waktu ia bergerak sebulan lamanya ia
berproses mulai akhir Desember 2012 hingga Januari hingga 28 2013, kata Farid
pasilitator mereka. Akhirnya berujung pada malam itu juga pameran karya di
Gedung Al-Jibra UMI. Pameran berbentuk kerapian orang dan ketegangan sedang antrian untuk di
tonton puluhan orang.
Hidup dengan cara otodidak, bukan
dengan jenjang semester persemester pada sebuah perkuliahan visual. Lalu saya
bilang susun saja dengan rapi dengan bahasa saya sendiri selaku penulis. Sebab
materialnya memang sudah sudah ada. Sisa disahkan, yang lainya ikut membantu, serta dikawal oleh
pasilitator lainya seperti Riko juga
salah satu anggota UKM Seni UMI juga.
Seandainya ia ibarat sebuah
pameran produk industri, bisa jadi itu laku. Namun bisa pula produk itu gagal
dan masuk kedalam tong sampah. Dan
kemudian pimpinan perusahaan mereka datang mencak-mencak karena mengalami kerugian besar. Namun untungya ini
hanyalah kreasi bagi kalangan anak-anak muda
yang merdeka. Bukan tumbuh dari mesin yang mengharuskan harus begitu dan begini
oleh pihak perusahaan yang memesannya.
Saat ini bagi saya kebebasan
beride adalah yang utama bagi mereka. Ia akan bertindak selalu manajer dalam kelompoknya sendiri,
sekaligus iapula menjadi kreatornya sendiri. Mengolah isu sentral juga menarik, karena ia terkait dengan wacana kepedulian. Namun besar bagi saya yang pernah menjajal tempat
itu berharap tak mengulangi pengalaman yang sama dietengah kecanggihan ilmu
pengetahuan saat ini. Sisa menarik atau merangkum gagasan-gagasan yang ada
diluar diri mereka.
Mereka keroyok proses pengerjaan tersebut, yang lain juga masih sempat tampil dalam aksi Happening Art. Banyak penonton menikmatinya. Sebab pameran ini juga menjadi pintu utama kemasan Pertunjukan Festa Halaman Rumah oleh UKM seni UMI dalam gedung in door Al-Jibra.
Saya teringat Firman Djamil pernah berkata painting of
finish. Kecanggihan teknologi sudah merenggut semua. Dan mengemasnya
lebih dari apa yang kita pikirkan sebelumnya sangat sulit. Tersisa bahwa apakah
kita menjadi bagian daripada terknologi itu. Atau teknolgi adalah sarana buat
manusia untuk mengolah gagasan-gagasanya. Tersisa adalah meta gagasan, menurut
tafsiran saya tentang soal ini.
Sekedar wacana bahwa dunia cat men cat hanyalah rangkaian sejarah teknis, namun paling penting adalah bagaimana mengasah kemampuan meta teknis kita.
Kini saya melihat deretan coretan-coretan sketsa gambar dan seperti poster. Barangkali diangap remeh temeh bagi kalangan profesional. Namun saya bisa berkata bahwa itu adalah potensi besar. Dan keunikan dari sekian banyak potensi yang memang telah diberikan oleh tuhan kepada kita semua sebagai mahluk ciptaan.
Beberapa gambar dari sekumpulan anak-anak manusia ini, termasuk salah satunya membawa banyak simbol tentang uang, koruptor, juga gambar karikatur masyarakat jelata yang mendongak keawan-awan dan ia menyaksikan gelembung-gelembung pendidikan gratis, pupuk gratis, kesehatan gratis. Yang unik mereka merangkai pensil-pensil warna mereka dalam rangkaian-rangkaian kawat. Saya tertarik gambar gambar megaphone, di ujung megaphone menjulur lidah. Haha, sayapun tertawa…dan bilang sambala, nagappana..
Selain berupa gambar, juga adapula miniatur rumah kecil dari pohon kelapa reot. Malahan ia hendak memasukkan ayam didalalnya. Tapi, lah…itu sudah terlambat bro, kataku. Acara sudah dimulai. Dan didepanya sosok gambar orang yang berdasi. Dan bertuliskan mengatakan ini adalah rumah kami. Hal itu kontradiksi yang mereka ingin dia ciptakan lewat wacara pencitraan para politisi kita. Tak banyak yang bisa saya sebut namanya. Sebab saya banyak lupa nama mereka semua.
Saya jadi teringat dengan masa
kecil saya. Teman membawa buku sekolahnya kepada saya dan
meminta ia agar saya menggambar sebuah cerita film yang dia tonton tadi malam dilayar TVRI.
Yakni film “Janur Kuning”. Sosok Letkol Soeharto menjadi pemimpin dalam serangan
sepuluh november melawan Belanda. Lalu saya menggambar Komaruddin yang berani tampil kedepan diluar kesepakatan. Dan juga
menggambar pesawat-pesawat Belanda menjatuhkan bom kearah gerilyawan tentara nasional
Indonesia disela-sela kawat duri yang mereka berusaha untuk dia tembus.
Nah, itulah pengalaman masa kecil
saya waktu itu.
Subhan, Makkuaseng, 6 Pebruari 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar